Nulis review buku atau film udah bukan sekadar kasih rating bintang atau bilang “seru banget!” doang. Sekarang, tips membuat review buku atau film berdasarkan perspektif kritis ini jadi jurus penting biar ulasanmu beda, orisinal, dan nggak kalah sama konten reviewer profesional. Dengan skill critical thinking, kamu bukan cuma bisa kasih opini, tapi juga mengupas makna, pesan tersembunyi, sampai analisis aspek teknis dan sosial. Yuk, pelajari cara ngulas buku atau film secara mendalam, step-by-step ala Gen Z, biar review-mu makin berisi, relate, dan siap dishare di kelas, blog, atau media sosial!
Kenapa Perlu Review dari Perspektif Kritis, Bukan Sekadar “Suka/Tidak Suka”?
- Latihan critical thinking: Nggak cuma komentar permukaan, tapi kupas alasan di balik suka/tidak suka.
- Insightful: Review jadi lebih bermakna, bisa ngasih insight ke orang lain.
- Meningkatkan kemampuan komunikasi: Kamu lebih jago menyampaikan argumen logis.
- Skill kepake di sekolah & kuliah: Jadi bekal tugas, diskusi, bahkan bikin konten edukasi.
- Orisinalitas: Ulasanmu anti mainstream, nggak cuma ikut-ikutan hype.
1. Baca atau Tonton Karya dengan Fokus dan Catat Hal Unik
Sebelum review, pastikan kamu:
- Baca/tonton sampai selesai (no spoiler setengah jalan!)
- Catat momen yang “nendang” atau bikin mikir
- Highlight bagian kontroversial, pesan moral, atau twist cerita
Catatan ini bakal bantu review kamu lebih detail & nggak ngawang.
2. Pahami Latar Belakang Karya, Penulis, atau Sutradara
Kenali siapa yang bikin karya itu:
- Apa genre favorit penulis/sutradara?
- Ada isu sosial, budaya, atau sejarah yang diangkat?
- Cari info konteks pembuatan buku/film (tahun rilis, motivasi, inspirasi)
Review jadi lebih tajam kalau ngerti background story-nya.
3. Ringkas Plot, Tema, dan Karakter dengan Bahasa Sendiri
Buat pembaca ngerti inti cerita tanpa baca/tonton langsung:
- Ringkas jalan cerita, siapa tokoh utama, dan konflik besarnya
- Sebut tema atau pesan utama yang coba disampaikan
- Hindari spoiler besar, cukup kasih gambaran umum
4. Analisis Gaya Penulisan atau Sinematografi
Review kritis harus bahas aspek teknis, misal:
- Gaya bahasa, narasi, atau dialog (untuk buku)
- Visual, editing, dan efek suara (untuk film)
- Apakah gaya ini mendukung cerita, atau justru bikin bosan?
5. Kupas Pesan Moral, Nilai Sosial, atau Kritik Tersirat
- Apakah karya ini cuma hiburan, atau ada pesan/kritik tertentu?
- Bahas isu sosial, politik, atau budaya yang diangkat
- Jelaskan efek pesan itu ke pembaca/penonton
6. Bandingkan dengan Karya Serupa atau Adaptasi Lain
- Ada nggak buku/film lain dengan tema mirip?
- Apa yang bikin karya ini lebih menonjol atau justru kurang?
- Perbandingan bikin review kamu makin “berisi” dan bernas
7. Analisis Reaksi Pribadi dengan Alasan Kritis
Bukan sekadar “aku suka/nggak suka”, tapi jelaskan:
- Momen paling berkesan (dan alasannya)
- Adegan/hal yang menurutmu gagal atau kurang relate
- Gunakan argumen, bukan perasaan doang
8. Sertakan Kutipan Penting atau Scene Ikonik (Tanpa Spoiler Berlebihan)
- Masukkan 1-2 kutipan atau adegan yang “nempel” di benakmu
- Jelaskan kenapa bagian itu impactful buatmu
9. Buat Kesimpulan dan Saran untuk Pembaca/Penonton Lain
- Siapa yang paling cocok baca/tonton karya ini?
- Kapan atau dalam situasi apa karya ini “wajib” dikonsumsi?
- Berikan rekomendasi jelas, jangan ngambang
10. Tulis Review dengan Bahasa Sendiri, Kasih Sentuhan Pribadi
- Hindari copas review lain, gunakan gaya khasmu
- Pakai idiom, slang, atau gaya bahasa Gen Z biar makin relate
- Review yang orisinal selalu lebih menarik!
11. Sharing dan Diskusi: Post di Kelas, Blog, atau Sosmed
- Posting review-mu di grup kelas, forum, blog, atau IG story
- Diskusi, ajak teman kasih feedback/pendapat lain
- Sharing = latihan public speaking & nulis kritis
Bullet List: Do’s and Don’ts Review Kritis Buku/Film
Do’s:
- Baca/tonton karya sampai habis
- Analisis aspek teknis & pesan moral
- Sertakan alasan/argumen jelas
Don’ts:
- Jangan cuma ringkas cerita tanpa analisis
- Jangan tulis spoiler besar tanpa peringatan
- Jangan asal suka/nggak suka tanpa penjelasan
Kesalahan Umum Saat Nulis Review Kritis
- Review terlalu pendek, cuma “enak/nggak enak”
- Kebanyakan spoiler tanpa warning
- Nggak analisis aspek teknis atau pesan moral
- Copas review dari internet, minus sentuhan pribadi
Rekomendasi Sumber Belajar & Latihan Review Gen Z Friendly
- Channel YouTube “Literasi Kritis” & “Cinemags”
- Website Goodreads (review buku) & Rotten Tomatoes (review film)
- Podcast “Podcast Buku Kritis” & “Box2Box Film Club”
- Buku “How to Read Literature Like a Professor” – Thomas C. Foster
Studi Kasus: Review Buku “Laskar Pelangi” dan Film “Parasite”
Buku “Laskar Pelangi”:
Isinya nggak sekadar kisah inspiratif anak sekolah, tapi juga kritik sistem pendidikan dan ketimpangan sosial di Indonesia. Gaya bahasa Andrea Hirata ringan, tapi penuh metafora, bikin pembaca relate sama karakter. Bagian paling “nempel” saat Ikal bermimpi, pesan moral soal pentingnya mimpi dan semangat belajar terasa banget.
Film “Parasite”:
Film Korea ini nggak cuma hiburan, tapi sindiran keras soal ketimpangan kelas sosial. Sinematografinya rapi, alur nggak ketebak, dan penuh simbolisme. Adegan banjir di basement jadi scene paling kuat—nggak cuma visual, tapi makna sosialnya dalam.
Skill Pendukung Biar Review Makin Berisi
- Critical reading & viewing
- Kemampuan menulis & komunikasi
- Analisis isu sosial & budaya
- Kemampuan membandingkan karya
- Konsistensi latihan review
FAQ: Tips Membuat Review Buku atau Film Berdasarkan Perspektif Kritis
1. Apakah review harus selalu panjang?
Nggak, yang penting padat, jelas, dan ada analisis kritisnya.
2. Bolehkah review pakai opini pribadi?
Boleh banget, tapi sertakan alasan logis atau data pendukung.
3. Apa bedanya review kritis dan ringkasan?
Review kritis: bahas teknik, pesan, dan analisis. Ringkasan: cuma isi cerita.
4. Apa boleh pakai kutipan/scene dalam review?
Boleh, asal nggak spoiler besar tanpa peringatan.
5. Bagaimana latihan supaya review makin kritis?
Banyak baca/tonton karya, latihan review singkat, diskusi bareng teman.
6. Review kritis kepake buat apa aja?
Tugas sekolah, lomba, blog, medsos, dan latihan nulis analitis.
Kesimpulan: Review Kritis, Modal Jadi Reviewer Kekinian!
Dengan tips membuat review buku atau film berdasarkan perspektif kritis ini, kamu bisa bikin ulasan yang beda, insightful, dan pastinya relate sama anak zaman now. Review itu nggak cuma soal suka/nggak suka, tapi proses belajar berpikir kritis, analisis, dan komunikasi. Terus latihan, sharing, dan jangan takut eksplorasi gaya review-mu sendiri. Siap jadi reviewer Gen Z yang paling berisi?